Kamis, 18 September 2014

Komunikator Politik




I.                   Pendahuluan
Pembahasan tentang komunikasi politik memang telah menjadi hal yang lazim karena setiap apa yang terjadi dalam kehidupan tak pernah terlepas dan selalu berhubungan dengan politik. Kenyataan yang demikian tentunya menimbulkan berbagai macam respon ataupun tanggapan yang semuanya harus disampaikan melalui sebuah komunikasi.
Berbicara masalah pengertian komunikasi politik, tentunya perlu diketahui pengartian masing-masingnya. Komunikator merupakan pihak yang mengirim pesan kepada khalayak. Oleh karena itu, komunikator biasa disebut pengirim, sumber, source, atau encoder. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas. (Cangara Hafied,2011:87)
Menurut Kartini Kartono (1996:64) bahwa politik dapat diartikan sebagai aktivitas perilaku atau proses yang menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan yang sah berlaku di tengah masyarakat.
Secara sederhana, komunikasi politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Komunikasi politik juga bisa dipahami sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang diperintah”.
Mengkomunikasikan politik tanpa aksi politik yang konkrit sebenarnya telah banyak dilakukan oleh mahasiswa, dosen, buruh, PNS dll. Dalam praktiknya, komuniaksi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam kajian komunikasi politik. Berbagai penilaian dan tanggapan orang awam berkomentar soal pemilihan PRESIDEN, ini merupakan contoh kekentalan komunikasi politik.
Komunikasi politik merupakan kata yang yang akhir-akhir ini ramai dibicarakan. Masyarakat dari berbagai lapisan mulai akrab dengan istilah komunikasi politik. Bersamaan dengan munculnya Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Pemilihan Kepala Daerah dan Pemilihan umum, istilah komunikasi politik pun makin populer. Maraknya para pengamat politik dan pengamat komunikasi politik yang sering menjadio nara sumber diskusi di televisi swasta nasional, menjadikan popularitas dua bidang ini makin merangkak naik. Masyarakat di berbagai daerah pun kian akrab dengan istilah-istilah dari bidang studi ini.
Popularitas studi komunikasi politik tidak lepas dari empat hal. Pertama, munculnya para analisis, pakar dan konsultan yang bergerak di bidang komunikasi politik dalam arena pemilu dan pemilukada. Kedua, meningkatnya space media cetak dan media penyiaran dalam mendiskusikan dan memberikan perkembangan terkini dalam bidang komunikasi politik. Ketiga, meningkatnya demand dari pemerintah, parpol dan kandidat dalam mengembangkan strategi komunikasi politik. Keempat, meningkatnya sejumlah kajian, lembaga riset, dan program studi yang mengembangkan studi bidang komunikasi politik di Indonesia. Kelima, berkembangnya beragam profesi baru di bidang komunikasi politik di Indonesia. Kelima hal ini menjadi pemicu utama dimana bidang komunikasi politik kian dipelajari, didiskusikan dan terus dikaji oleh banyak kalangan.        


II.                Pembahasan
A.    Komunikasi Sebagai Proses Politik
Bagaimana seandainya dalam politik tidak terjadi komunikasi ? Tentunya akan mempengaruhi kinerja politik (atau sistem politik) yang sedang dijalankan. Berbagai komponen infrastruktur dan suprastruktur mengalami keterputusan hubungan sehingga mekanisme yang seharusnya dijalankan tidak bisa berkembang secara dinamis. Misalnya tidak terjadinya komunikasi antara eksekutif dengan legislatif, atau tidak adanya komunikasi antara pemerintah dengan rakyatnya. Berbagai macam kebijakan negara tidak akan tersosialisasikan dan terlaksana dengan baik. Begitu juga berbagai bentuk keterlibatan rakyat dalam politik (sebagai sesuatu yang harus terjadi) akan mengalami hambatan.
Demikian pendapat Gabriel Almond, komunikasi ibarat aliran darah yang mengalirkan pesan politik berupa tuntutan, protes dan dukungan (aspirasi dan kepentingan) ke jantung (pusat) pemrosesan sistem politik. Dan hasil pemrosesan itu dialirkan kembali oleh komuniasi politik yang selanjutnya menjadi feedback sistem politik (Alfian, 1993).
B.     Komunikator Politik
Komunikator Politik merupakan orang (pemerintah) yang menyampaikan pesan politik kepada penerima pesan (rakyat). Artinya seorang komunikator politik haruslah orang yang mengetahui selukbeluk politik dan mngemrti akan perkembangan politik agar pesan yang disampaikannya memberi pengaruh yang baik kepada rakyat. Dalam arti lain elit politik dalam berkomunikasi harus kompeten dibidangnya.
Menurut Dan Nimmo (1989) orang yang kompeten dalam komunikator politik. Diklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai berikut :
1.      Politikus
2.      Professional, dan
3.      Aktivis



1.      Politikus
Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunju, ataiu pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif atau yudikatif. Daniel Katz (dalam Nimmo, 1989) membedakan politikus kedalam dua hal yang berbeda dengan sumber kejuangan kepentingan politikus pada proses politik yaitu politikus ideologi dan politikus partisan.

a.       Politikus ideologi adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih memperjuangkan kepentingan bersama atau publik. Mereka tidak begitu terpusat perhatiannya kepada tuntutan seorang langganan atau kelompoknya. Mereka lebih mementingkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih luas bahkan mendukung perubahan revolusioner jika hal ini mendatangkan kebaikan lebih bagi bangsa dan negara 
b.      Politikus partisan adalah orang-orang yang dalam politik lebih memperjuangkan atau mementingkan kepentinngan seseorang atau kelompoknya.

2.      Professional
Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya dalam berkomunikasi. Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama yaitu munculnya media massa dan perkembangan serta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, station radio, dsb) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik media massa maupun media khusus mengandalkan pebentukan dan pngelolaan lambang-lambang dan khayalak khusus.
           
3.      Aktivis 
Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Kedua, terdapat pemuka pendapat yang bergerak dalam jaringan interporsonal. Mereka tampil dalam dua bidang yaitu :
1.      Mereka sangat mempengaruhi keputusan orang lain. Artinya, seperti politikus ideologis dan promotor profesional, mereka meyakinkan orang lain kepada cara berpikir mereka.
2.      Mereka meneruskan informasi politik dari media berita kepada masyarakat umum. Dalam arus komuniasi dua tahap gagasan sering mengalir dari media massa kepada pemuka pemdapat dan dari mereka kepada bagian penduduk yang kurang aktif. Banyak studi yang membenarkan pentingnya kepemimpinan pendapat melalui komunikasi interpersonal sebagai alat untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang penting.  

C.    Komunikator Politik dan Kepemimpinan Politik

Nimmo menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu hubungan di anatar orang-orang di dalam suatu kelompok yang didalamnya satu atau lebih orang (pemimpin) mempengaruhi pengikut di dalam setting tertentu. Lebih lanjut, ilmuwan politik merangkumkan kecenderungan yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin di dalam kelompok.
Pemimpin memperoleh kepuasan yang beragam karena menjadi anggota kelompok, memiliki kepercayaan yang lebih besar tentang kelompok itu dan hubungannya dengan kelompok lain, pemerintah, masalah politik, dan sebagainya. Lebih dari itu, yang dilakukan pemimpin adalah melakukan kegiatan berorientasi tugas, yaitu menetapkan dan bekerja untuk mencapai prestasi atau tujuan kelompok agar pekerjaan dapat diselesaikan. Jika dihubungakan antara pemimpin dengan komunikator politik maka bagi komunikator politik, untuk menjadi pemimpin politik ia harus berperilaku sebagaimana yang diharapkan orang terhadap pemimpin. Oleh sebab itu, komunikator politik utama memainkan peran strategis, bertindak sebagai pemimpin politik dengan menyiarkan pesan-pesan yang oleh para pengikutnya dianggap berarti dan memuaskan, sesuai dengan kepentingan dan nilai-nilai yang mereka yakini.



D.    Komponen Efektivitas Komunikator Politik

Dalam komunikasi politik, komunikator politik merupakan salah satu faktor yang menentukan efektivitas komunikasi. Beberapa studi mengidentifikasi sejumlah karakteristik yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain. Richard E. Petty dan John T. Cacioppo dalam bukunya Attitudes and Persuasion: Classic and Contemporary Approaches, dikatakan bahwa ada empat komponen yang harus ada pada komunikator politik. Yaitu, sebagai berikut :

1.      Kredibiltas (communicator credibility)
Kredibilitas adalah kualitas, kapabilitas, atau kekuatan untuk menimbulkan kepercayaan. Aplikasi umum yang sah dari istilah kredibilitas berkaitan dengan kesaksian dari seseorang atau suatu lembaga selama persidangan. Kesaksian haruslah kompeten dan kredibel apabila ingin diterima sebagai bukti dari sebuah isu yang diperdebatkan.
Kredibilitas sumber mengacu pada sejauh mana sumber dipandang memiliki keahlian dan dipercaya. Semakin ahli dan dipercaya sumber informasi, semakin efektif pesan yang disampaikan. Kredibilitas mencakup keahlian sumber dan kepercayaan sumber.
a.       Keahlian Sumber
Keahlian sumber adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki sumber terhadap subjek di mana ia berkomunikasi
b.      Kepercayaan Sumber
Kepercayaan sumber adalah sejauh mana sumber dapat memberikan informasi yang tidak memihak dan jujur
      Para peneliti telah menemukan bahwa keahlian dan kepercayaan memberikan kontribusi independen terhadap efektivitas sumber. Karena sumber yang sangat kredibel menghalangi pengembangan argumen tandingan, maka sumber yang kredibel menjadi lebih persuasif dibanding sumber yang kurang kredibel

2.      Daya Tarik (communicator attractiveness)
Daya tarik seorang komunikator bisa terjadi karena penampilan fisik, gaya bicara, sifat pribadi, keakraban, kinerja, keterampilan komunikasi dan perilakunya. Daya tarik fisik sumber (source physical attractiveness) merupakan syarat kepribadian . Daya tarik fisik komunikator yang menarik umumnya lebih sukses daripada yang tidak menarik dalam mengubah kepercayaan. Beberapa item yang menggambarkan daya tarik seseorang adalah tampan atau cantik, sensitif, hangat, rendah hati, gembira, dll.
3.      Kesamaan
Sumber disukai oleh audiens bisa jadi karena sumber tersebut mempunyai kesamaan dalam hal kebutuhan, harapan dan perasaan. Dari kacamata audiens maka sumber tersebut adalah sumber yang menyenangkan, yang maksudnya adalah perasaan positif yang dimiliki konsumen terhadap sumber informasi.
4.      Power
Sumber yang mempunyai power, menurutnya, akan lebih efektif dalam penyampaian pesan dan penerimaannya daripada sumber yang kurang atau tidak mempunyai power.


III.             Kesimpulan
Pada peristiwa komunikasi manapun, faktor komunikator merupakan suatu unsur yang penting sekali peranannya. Sekalipun nantinya keberhasilan komunikasi yang dimaksud secara menyeluruh bukan hanya ditentukan oleh sumber, namun mengingat fungsinya sebagai pemrakarsa dalam aktifitas yang bersangkutan, maka bagaimanapun juga dapat dilihat betapa menentukannya peran tersebut. Karena itu dalam mengamati proses komunikasi politik, perlu sekali terlebih dahulu memahami karakteristik masing-masing komunikator tersebut, setidak-tidaknya secara umum, guna mendapatkan gambaran tentang bagaimana kelak kemungkinan-kemungkinan yang timbul baik dalam berlangsungnya proses komunikasi itu sendiri, maupun dalam keseluruhan hasil komunikasi yang dilakukan.
Komunikasi politik menjadikan seorang elit politik yang kredibel di bidangnya menjadi sumber utama dalam proses hubungan pesan politik antara pemerintah dan masyarakat yang walaupun keberadan pemerintah disini juga sebagai seorang komunikator politik. Dilain hal seseorang dapat dikatakan sebagai seorang komunikator politik adalah karena dia adalah seorang Politikus, orang yang memiliki cita2 untuh pemerintahan yang baik untuk sebuah kesamaan kebutuhan untuk masyarakat.
Dalam perspektif panggung politik kontemporer, komunikator politik memainkan peran sosial yang utama, khususnya dalam proses pembentukan opini publik. Komunikator politik sebagai pelaku atau sebagai pemimpin yang memiliki potensi dan kompetensi di atas rata-rata dibandingkan warga Negara.




DAFTAR PUSTAKA

Dan Nimmo, 1989. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media (Edisi Terjemahan oleh Tjun Surjaman). Bandung: PT. Remaja Rordakarya
Zulkarnaen Nasution, 1990, Komunikasi Politik Suatu Pengantar. Jakarta: Yudhistira
Nurudin, 2008. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada
Nyarwi Ahmad, 2012. Manajemen Komunikasi Politik dan Marketing Politik: Sejarah, Perspektif, dan Perkembangan Riset. Yogyakarta: Pustaka Zaman
Cangara Hafied, 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi (Edisi Revisi). Jakarta: Rajagrafindo Persada
Kartono Kartini, 1996. Pendidikan politik. Bandung: Mandiri Maju










Sikap Suportif

Bab I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia merupakan  makhluk sosial, oleh karena itu kehidupan manusia selalu ditandai dengan pergaulan antar manusia. Pergaulan itu dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, organisasi sosial dan lain-lain. Pergaulan manusia juga merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan hubungan atau interaksi antar individu. Karena komunikasi sangat erat kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Komunikasi yang efektif di tandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Untuk menumbuhkan dan meningkatkan hubungan interpersonal, kita perlu meningkatkan kualitas komunikasi lebih jauh. Jalaludin rahmat (1994) memberi cacatan bahwa terdapar tiga faktor dalam komunikasi antarpribadi yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, di anataranya sikap percaya, perilaku suportif, dan sikap terbuka. Dari tiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap komunikasi antarpribadi untuk membangun komunikasi yang efektif.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang sikap suportif, maka orang bersikap suportif, maka orang bersikap suportif bila seseorang dapat menyampaikan perasaan tanpa menilai dan cenderung mampu berkerjasama dalam mencari pemecahan masalah tanpa mendiktekan pemecahan masalah kepada orang lain. Seseorang yang mempu berkerjasama berarti dia mampu untuk berempati kepada orang lain, sehingga seseorang dapat memperlakukan orang lain tanpa membeda-bedakan. Seseorang yang suportif akan memperlakukan orang lain penuh rasa hormat dalam perbedaan pandangan. Memaklumi dan menganggap pendapat orang lain.  

                  

Bab II
PEMBAHASAN

A.    Sikap Suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defenisif dalam komunikasi. Defenisif di ambil dari kata defensive yang artinya bertahan atau melindungi diri. Orang bersikap defensifbila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. ( Jalaluddin Rakhmat, 2012 : 132 ).

Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif dan sebagainya ) atau faktor-faktor situasional. Diantara faktor-faktor situasional adalah perilaku komunikasi orang lain. Jack R. Gibb (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2013 : 132 ) mengemukakan enam tipe perilaku berlawanan yang memberikan kontribusi terhadap terbentuknya iklim komunikasi yang suportif dan defensif. Berbeda dengan iklim suportif, iklim defensif menyebabkan penurunan produktivitas. Kunic untuk membentuk iklim komunikasi menurut Beebe dan Masterson bahwa iklim komunikasi tidak hganya bergantung pada apa yang dikomunikasikan, namun lebih pada bagaimana cara mengkomunikasikannya. Berikut keenam perilaku berlawanan ( defensif dan suportif ) menurut Jack Gibb :

Perilaku defensif dan suportif dari Jack Gibb
Iklim Defensif                              Iklim Suportif 
1.      Evaluasi                                  1. Deskripsi
2.      Kontrol                                   2. Orientasi Masalah
3.      Strategi                                   3. Spontanitas
4.      Netralitas                                4. Empati
5.      Superioritas                             5. Persamaan
6.      Kepastian                                6. Provisionalisme
                                                     




Dalam penelitian Gibb diungkapkan bahwa makin sering orang menggunakan perilaku sebelah kiri ( Iklim Defensif ), makin besar kemungkinan komunikasi menjadi defensif sebaliknya, komunikasi defensif berkurang dalam iklim suportif, ketika ketika orang menggunakan perilaku di sebelah kanan ( Iklim Suportif ). ( dalam Jalaluddin Rakhmat, 2012 : 132-134 ) menjelaskan daftar tersebut secara terperinci : 

1.      Evaluasi dan Deskripsi
Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain; memuji atau mengecam. Dalam mengevaluasi, kita mempersoalkan nilai dan motif orang lain. Bila kita menyebutkan kelemahan orang lain, mengungkapkan betapa jelek perilakunya, meruntuhkan harga dirinya, kita akan melahirkan sikap defensif. Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Pada evaluasi, anda umumnya menggunakan kata-kata sifat (salah, ngawur, bodoh). Pada deskripsi, biasanya anda menggunakan kata-kata kerja (anda tidak menyebutkan pencipta sonata musim semi; anda sering kali berpindah dari satu persoalan ke persoalan lain; anda tidak mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang ini) kita dapat melakukan evaluasi pada gagasan bukan pada pribadi (walaupun banyak orang merasa dirinya diserang, ketika gagasannya dipersoalkan). Deskripsi dapat terjadi juga ketika kita mengevaluasi gagasan orang lain, tetapi orang “merasa” bahwa kita menghargai diri mereka (menerima mereka sebagai individu yang patut dihargai).
2.      Kontrol dan Orientasi Masalah
Perilaku kontrol artinya berusaha untuk mengubah orang lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat, dan tindakannya. Melakukan control juga berarti mengevaluasi orang lain sebagai orang yang jelek sehingga perlu diubah. Itu berarti kita tidak menerimanya. Setiap orang tidak ingin didominasi orang lain. Kita ingin menentukan perilaku yang kita senangi. Oleh karena itu, kontrol orang lain akan kita tolak. Orientasi Masalah sebaliknya adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Dalam orientasi masalah, anda tidak mendiktekan pemecahan. Anda mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya.
3.      Strategi dan Spontanitas
Strategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk memengaruhi orang lain. Anda menggunakan strategi bila orang menduga anda mempunyai motif-motif tersembunyi; Anda berkomunikasi dengan “udang di balikbatu”. Spontanitas artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan strategi, ia akan menjadi defensif.
4.      Netralitas dan Empati
Netralitas berarti sikap impersonal atau memperlakukan orang lain tidak sebagai personal, melainkan sebagai objek. Bersikap netral bukan berarti tidak objektif, melainkan menunjukkan sikap tak acuh, tidak menghiraukan perasaan dan pengalaman orang lain. Lawan netralitas ialah Empati atau memahami orang lain. Tanpa empati, orang seakan-akan “mesin” yang hampa perasaan dan tanpa perhatian.
5.      Superiorutas dan Persamaan
Superioritas artinya sikap menunjukkan Anda lebih tinggi atau lebih baik daripada orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, atau kecantikan (Dalam istilah Islam, ini disebut takabur). Superioritas akan melahirkan sikap defensif. Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, Anda tidak mempertegas perbedaan. Status boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi Anda tidak vertikal. Anda tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan persamaan, Anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan ( Dalam istilah Islam, ini disebut tawadlu’).


6.      Kepastian dan Provisionalisme  
Dekat dengan superioritas adalah Kepastian (certainly). Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. Provisionalisme, sebaliknya, adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat manusia adalah tempat kesalahan; karena itu wajar juga kalau satu saat pendapat dan keyakinannya bisa berubah (“Provisional”, dalam bahasa inggris, artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang lengkap).

                        ( Devito, 2011: 289 ) menjelaskan bawah bersikap provisional artinya bersikap tentative dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan.Provisionalisme seperti itulah, bukan keyakinan yang tak tergoyahkan, yang membantu menciptakan suasana mendukung.

Kita tidak menyukai orang yang “tahu segalanya” dan orang yang selalu mempunyai jawaban pasti untuk setiap pertanyaan.Orang seperti ini terpaku dengan caranya sendiri dan tidak menoleransi adanya perbedaan. Mereka siap dengan argument terhadap setiap kemungkinan sikap atau keyakinan yang berbeda.Segera saja, Anda akan bersikap defensive terhadap orang seperti ini, dan Anda akan berkeras dengan pendirian Anda sendiri. Tetapi Anda bersikap terbuka kepada orang yang mengambil posisi provisional dan maumengubah pendapat mereka bila memang itu perlu dilakukan.Dengan orang seperti itu Anda merasa setara.

Bila Anda bersikap yakin tak tergoyahkan dan berpikiran tertutup, Anda mendorong perilaku defensive pada diri pendengar. Bila Anda bertindak secara provisional dengan pikiran terbuka, dengan kesadaran penuh bahwa Anda mungkin saja keliru, dan dengan kesediaan untuk mengubah sikap dampen dapat Anda, Anda mendorong sikap mendukung.


Bab III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan yang di terapkan di atas dapat disimpulkan bahwa suportif memiliki peluang yang lebih besar untuk terciptanya efektivitas komunikasi. Baik dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal kita, di dalam lingkungan kerja, atau di lingkungan yang lebih luas lagi. Namun, tidak sedikit orang yang egonya terlampau tinggi, yang selalu merasa benar, sehingga rentan melahirkan konflik ketika berkomunikasi atau berhubungan dengan pihak lain.